
![]() |
Oleh: Herianto
TAROAINFO.Com -Mantan Aktivis Korpus BEM SI, Mantan Presma BEM Unram, Ketua AMPG, dan Wakil Ketua Bidang Kepemudaan dan Olahraga DPD I Partai Golkar NTB
Dari Jalanan ke Parlemen: Aktivisme yang Bertransformasi.
Saya lahir dan tumbuh dari rahim aktivisme. Sebagai mantan Presiden Mahasiswa Universitas Mataram dan bagian dari korpus BEM SI, saya pernah merasakan bagaimana idealisme muda diwujudkan lewat diskusi panjang, aksi turun ke jalan, hingga perdebatan intelektual yang tak jarang penuh tensi. Aktivisme memberi saya bekal berharga: keberanian bersuara, kepekaan sosial, dan keyakinan bahwa suara anak muda tidak boleh diremehkan.
Namun, seiring waktu saya menyadari: perjuangan tidak boleh berhenti di jalanan. Kritik memang penting, tetapi jika tidak dilanjutkan dengan langkah konkret di ruang pengambilan keputusan, maka ia akan menjadi gema yang hilang begitu saja. Di sinilah politik formal hadir, bukan sebagai lawan aktivisme, tetapi sebagai kelanjutan perjuangan.
Golkar: Partai Tua dengan Semangat Muda
Banyak orang menilai Partai Golkar hanya sebagai partai tua dengan sejarah panjang. Namun, dari dalam, saya melihat wajah lain: Golkar adalah partai yang tidak pernah kehabisan kader militan dan berani memberi ruang bagi anak muda untuk tumbuh.
Golkar tidak hanya berhenti pada retorika regenerasi, tetapi membuka jalur kaderisasi yang nyata. Melalui wadah seperti AMPG, anak-anak muda bisa belajar politik sejak dini, mengenal dinamika organisasi, hingga mengasah kemampuan kepemimpinan. Di saat partai lain sering terjebak dalam sikap eksklusif, Golkar justru menyediakan ruang bagi siapa saja yang ingin berproses, termasuk mereka yang lahir dari tradisi aktivisme.
Kesempatan Emas Bagi Anak Muda Kritis
Generasi muda hari ini menghadapi dilema: apakah cukup puas menjadi pengkritik dari luar, atau berani masuk untuk berjuang dari dalam sistem? Bagi saya, jawabannya jelas: anak muda harus berani masuk ke ruang politik formal.
Bukan berarti meninggalkan idealisme, tetapi justru menyalurkannya dalam bentuk kebijakan nyata. Politik adalah laboratorium besar, tempat ide diuji dan diperjuangkan hingga menjadi keputusan yang berdampak langsung bagi masyarakat.
Saya percaya, anak muda yang kritis dan memiliki gagasan segar tentang pendidikan, ekonomi, lingkungan, maupun pembangunan daerah, kini mendapat kesempatan emas. Golkar memberikan panggung itu. Tinggal bagaimana generasi muda berani melangkah, bukan hanya bicara tentang perubahan, tetapi ikut serta mewujudkannya.
Dari Aktivis ke Politisi: Sebuah Amanah
Ketika saya diberi amanah sebagai Ketua AMPG sekaligus Wakil Ketua Bidang Kepemudaan dan Olahraga DPD I Partai Golkar NTB, saya memaknainya bukan sekadar jabatan, melainkan tanggung jawab moral. Amanah ini adalah panggilan untuk membuktikan bahwa aktivis tidak harus kehilangan idealismenya ketika masuk politik. Justru di sinilah aktivisme menemukan jalur baru: memperjuangkan ide-ide besar dalam arena kebijakan.
Saya ingin menjadi contoh bahwa aktivis tidak berhenti di forum diskusi atau di jalanan, melainkan bisa hadir di ruang-ruang pengambilan keputusan tanpa kehilangan integritas.
Menatap Masa Depan: NTB dan Indonesia
Saya yakin, masa depan NTB dan Indonesia tidak bisa dilepaskan dari keberanian anak-anak mudanya. Mereka yang pernah ditempa oleh gerakan mahasiswa, yang terbiasa berpikir kritis, harus hadir di parlemen, di pemerintahan, di partai politik, untuk memastikan idealisme mereka tidak padam.
Golkar telah membuka pintu, dan kini giliran anak-anak muda untuk masuk, berproses, dan membuktikan diri. Politik tidak boleh lagi dilihat sebagai dunia kotor yang menakutkan, melainkan sebagai ruang perjuangan yang menuntut integritas, kerja keras, dan keberanian moral.
Pada kesempatan ini saya ingin menegaskan untuk semua anak muda NTB dan Indonesia: jangan takut masuk ke politik. Jangan biarkan idealisme hanya menjadi kenangan masa kuliah. Mari menjadikannya energi untuk memajukan daerah dan bangsa. Karena perubahan tidak hanya ditulis dalam spanduk aksi, tetapi juga diputuskan di meja kebijakan.
*RED*