Iklan

Iklan

11 Bahasa Di Nusa Tenggara Barat

Editor
2/23/21, 18:36 WIB Last Updated 2021-02-23T10:36:36Z

Bima,Taroainfo.com - Selamat Hari Bahasa Ibu Internsional. Sesuai harapan Kemdikbud RI melalui Badan Bahasa, mari kuasai Bahasa Asing, utamakan Bahasa Indonesia, lestarikan Bahasa Daerah. Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki keragaman budaya, termasuk bahasa. Selain 3 suku besar yaitu Sasak, Samawa dan Mbojo, terdapat suku-suku lain yang hidup di wilayah ini seperti Bajo, Bali, Bugis, Jawa, sunda, Madura, Makassar, Batak, Minang, Manggarai, Flores, Timor, Makassar, Ambon, bahkan Tionghoa. Dari sejumlah suku yang mendiami dua pulau ( Lombok- sumbawa) di Nusa Tenggara Barat, terdapat 11 bahasa yang masih eksis dituturkan oleh warga Nusa Tenggara Barat saat ini sebagaimana dikutip dari laman Kemdikbud Republik Indonesia. 


Bajo


Penutur bahasa Bajo di NTB tersebar di Kabupaten Lombok Utara (Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang dan Dusun Jambi Anom, Desa Medana, Kecamatan Tanjung). Kabupaten Lombok Timur (Desa Tanjung Luar, Kecamatan Keruak).Kabupaten Sumbawa (Pulau Kaung, Kecamatan Buer; Desa Labuhan Mapin, Kecamatan Alas Barat; Desa Labuhan Lalar, Kecamatan Taliwang; Desa Labuhan Bajo, Kecamatan Utan; Desa Pulau Bungin Kecamatan Alas; Dusun Labuhan Padi, Desa Pukat, Kecamatan Utan; Kabupaten Sumbawa Barat (Desa Poto Tano, Kecamatan Poto Tano). Kabupaten Dompu (Pulau Nisa, Desa Kwangko, Kecamatan Manggalewa dan Desa Soro, Kecamatan Kempo); dan Kabupaten Bima (Desa Bajo, Kecamatan Soromandi serta Desa Bugis dan Desa Bajo Pulo, Kecamatan Sape).


Bali


Penutur bahasa Bali di NTB tersebar di dua pulau besar, yaitu di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Penutur bahasa Bali di Pulau Lombok dapat dijumpai di Kabupaten Lombok Barat, Lombok Utara, dan Kota Mataram. Di Lombok Barat bahasa Bali tersebar di (i) Desa Gunungsari, Kecamatan Gunungsari; Desa Narmada, Kecamatan Narmada; (ii) Desa Pelangan, Kecamatan Sekotong; (iii) Kelurahan Gerung Utara,Dusun Rincung, Desa Banyu Urip, Dusun Rincung, Desa Tempos, Kecamatan Gerung; dan (iv)Dusun Lamper, Desa Jagaraga, Kecamatan Kuripan.


Masyarakat penutur bahasa Bali di Pulau Sumbawa tersebar di Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Sumbawa Barat, dan Kabupaten Dompu. Di Kabupaten Sumbawa, bahasa Bali tersebar di (i) Desa Sepayung, Kecamatan Plampang; (ii) Desa Uma Sima dan Desa Rhee, Kecamatan Sumbawa; (iii) Dusun Mekar Sari, Desa Batu Rotok, Kecamatan Batu Lanteh; serta (iv)Desa Lunyuk Rea dan Lunyuk Ode, Kecamatan Lunyuk. Sementara itu, di Kabupetan Sumbawa Barat bahasa Balidigunakan di Desa Kokarlian, Kecamatan Poto Tano. Di Kabupaten Dompu, bahasa Bali tersebar di Desa Taropo, Kecamatan Kilo; Songgaja, Kecamatan Kempo; Banggo, Kecamatan Manggalewa; dan Kelurahan Simpasai, Kecamatan Woja.


Bima


Bahasa Bima (Mbojo) dituturkan oleh etnik Bima (Mbojo) yang mendiami wilayah Kabupaten Bima, termasuk Kota Bima, dan Kabupaten Dompu di Pulau Sumbawa sebelah timur, Provinsi NTB. Selain tersebar di tanah asalnya, bahasa Bima juga tersebar di beberapa wilayah lain di Provinsi NTB, seperti di Kabupaten Sumbawa dan Pulau Lombok. Bahasa Bima juga dituturkan di Provinsi NTT (Reo dan Pota, Manggarai).


Bugis


Penutur bahasa Bugis yang terdapat di Provinsi NTB adalah masyarakat yang berada di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Di Pulau Lombok bahasa Bugis dituturkan di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Lombok Barat, tepatnya di Desa Pelangan, Kecamatan Sekotong dan di Kabupaten Lombok Timur tepatnya di Desa Labuhan Haji, Kecamatan Labuhan Haji; Desa Labuhan Lombok, Kecamatan Pringgabaya; Desa Keruak, Kecamatan Keruak. Sementara itu, bahasa Bugis di Pulau Sumbawa tersebar di tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Sumbawa, Bima, dan Dompu. Bahasa Bugis di Kabupaten Sumbawa dituturkan di Desa Labuhan Mapin, Kecamatan Alas Barat dan Desa Labuan Alas, Kecamatan Alas; Dusun Labuhan Jontal dan Desa Teluk Santong, Kecamatan Plampang, dan Desa Labuhan Jambu, Kecamatan Tarano, sedangkan bahasa Bugis di Kabupaten Bima dapat dijumpai di Desa Bugis, Kecamatan Sape. Adapun di Kabupaten Dompu, bahasa Bugis dapat dijumpai di Desa Soro, Kecamatan Kempo.


Jawa


Bahasa Jawa yang dituturkan di Provinsi NTB diidentifikasi memiliki tiga dialek, yaitu (1) dialek Praya dituturkan di Pulau Lombok, tepatnya di Desa Praya, Kabupaten Lombok Tengah; Kelurahan Uma Sima, Kabupaten Sumbawa; Desa Songgaja, Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu; (2) dialek Sakra dituturkan di Desa Sakra, Kabupaten Lombok Timur; dan (3) dialek Sepayung dituturkan di Desa Sepayung, Kecamatan Plampang, Kabupaten Sumbawa. Persentase perbedaan antartiga dialek tersebut berkisar antara 51%—79%. Selain itu, bahasa Jawa yang berada di Provinsi NTB dapat dikatakan sebagai bahasa yang sama dengan bahasa Jawa yang berada di DIY dan Surakarta dengan persentase perbedaan sebesar 60% (beda dialek).


Madura


Di Provinsi NTB, bahasa Madura dituturkan di Pulau Sumbawa. Penutur bahasa itu tersebar di tiga wilayah Kabupaten Sumbawa, yaitu Kelurahan Brang Bara, Kelurahan Bugis, dan Desa Luar. Secara umum daerah-daerah tersebut terletak di wilayah perkotaan dengan topografi dataran. Jumlah etnik Madura yang berada di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2007 sebanyak 227 kepala keluarga (KK). Bahasa Madura yang dituturkan di Sumbawa berasal dari Dusun Cokolan, Desa Gigir, Kecamatan Belega, Bangkalan, Pulau Madura, dan beberapa daerah lain di Jawa Timur.


Makassar


Isolek Makassar yang ada di NTB merupakan bahasa Makassar dialek Selayar yang bertanah asal di Pulau Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan. Isolek Makassar dituturkan oleh masyarakat yang berada di Provinsi NTB, yaitu di Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Sumbawa Barat.Isolek Makassar di NTB terdiri atas tiga dialek, yaitu dialek Kertasari yang dituturkan di Desa Labuhan Kertasari, Kecamatan Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat; dialek Labuhan Mapin yang dituturkan di Desa Labuhan Mapin, Kecamatan Alas Barat, Kabupaten Sumbawa; dialek Labuhan Burung yang dituturkan di Desa Labuhan Burung, Kecamatan Buer, dan Desa Pukat, Kecamatan Utan, Kabupaten Sumbawa. 


Mandarin Ampenan


Bahasa Mandarin Ampenan yang ada di Provinsi NTB dituturkan oleh masyarakat yang berada di Kampung Cina, Kelurahan Ampenan Tengah. Dari segi etnik dan penamaan bahasa, etnik Tionghoa yang berada di Kampung Cina tersebut menyebut bahasa yang mereka gunakan sebagai bahasa Mandarin atau Tionghoa, bukan sebagai bahasa Cina. Menurut mereka, bahasa Cina terdengar lebih kasar jika dibandingkan dengan bahasa Mandarin atau Tionghoa.


Melayu


Di Provinsi NTB bahasa Melayu dituturkan oleh masyarakat yang berada di Kampung Melayu, Kelurahan Ampenan Tengah, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram. Hasil penghitungan dialektometri yang membandingkan bahasa Melayu di NTB dengan bahasa Melayu di Provinsi Riau (Kepulauan Riau) memperlihatkan perbedaan dialek dengan persentase perbedaan berkisar antara 65,50%—79,75%. 


Sasak


Tanah asal bahasa Sasak berada di Pulau Lombok. Dari segi kualitatif, berdasarkan ciri-ciri kesamaan linguistik yang berupa inovasi dan retensi bersama, secara fonologis bahasa Sasak memiliki empat variasi dialek, yaitu dialek [a-a], [a-â], [â-â], dan [a-o]. Hal itu terbukti dari adanya bentuk seperti mata, matâ, mâtâ, mato ‘mata’; apa, apâ, âpâ, apo ‘apa’. Dialek [a-a] menyebar di daerah Pegunungan Sembalun, Bayan, Tanjung sampai ke Pringgasela, dari Sokong sampai ke Tebango dan sebagian di Lombok Timur, misalnya, Suralaga, Dasan Borok; Dialek [a-â] menyebar dari barat ke timur Pulau Lombok; dari Tanjung sampai ke Pringgasela, dan merupakan dialek yang penuturnya mayoritas jika dibandingkan dengan ketiga dialek yang lain (dialek itu merupakan dialek standar karena di samping digunakan di pusat kekuasaan/ibu kota provinsi, sebaran geografisnya yang luas, jumlah penuturnya yang lebih besar juga digunakan dalam media massa cetak dan elektronik). Penutur dialek [â-â] tersebar pada sebagian kecil wilayah Lombok Barat: Bajur; Lombok Tengah dan Timur, misalnya di Desa Selaparang, Pengadang, Langko, Pohgading; Penutur dialek [a-o] tersebar di wilayah Lombok Tengah: Aik Bukaq, Bujak, Peresak. Pembagian atas empat ciri fonologis itu dapat menjelaskan secara historis tentang interaksi penutur asli Sasak (dialek a-a) dengan penutur bahasa lain. Misalnya, interaksi dengan penutur bahasa Jawa yang ditandai oleh varian fonologis [a-o] dan interaksi dengan penutur bahasa Bali yang ditandai oleh varian [a-â], [â-â]. Di Pulau Sumbawa, bahasa Sasak dituturkan oleh masyarakat Sasak yang menjadi transmigran baik di kabupaten Sumbawa, Sumbawa Barat, Dompu( sebagian  di desa-desa wilayah kecamatan Kempo dan Pekat ) dan Kabupaten Bima ( sebagian di desa-desa di wilayah kecamatan Sanggar dan Tambora)


Sumbawa


Bahasa Sumbawa dituturkan oleh masyarakat yang berada di Pulau Sumbawa bagian barat, mulai dari Kecamatan Plampang sampai Desa Tongo di ujung paling barat Pulau Sumbawa. Bahasa itu terdiri atas empat dialek, yaitu sebagai berikut. (1) Dialek Sumbawa Besar terbentang dari barat ke timur (Kabupaten Sumbawa Besar), mulai dari Desa Seran hingga Desa Banda, kecuali di Desa Emang Lestari, Kecamatan Lunyuk dan Desa Lebangkar, Kecamatan Ropang. Penutur dialek tersebut merupakan penutur mayoritas jika dibandingkan dengan ketiga dialek yang lain. Dialek Sumbawa Besar merupakan dialek standar. Selain digunakan di pusat kekuasaan (ibu kota kabupaten), sebelum Kabupaten Sumbawa Barat dibentuk, dialek Sumba Besar digunakan juga dalam media massa, baik cetak maupun elektronik serta dalam dunia kesenian dan kesastraan, seperti cerita rakyat dan musik tradisional. (2) Dialek Taliwang dituturkan di Desa Banjar, Mura, Seminar Salit, Meraran, Air Suning, dan Mantar. (3) Dialek Jereweh dituturkan di Kecamatan Jereweh dan Desa Labuhan Lalar. (4) Dialek Tongo dituturkan di lima daerah pengamatan, yaitu di Dusun Karang Nangka Lanung (Singa), Desa Benete, Desa Tatar, Desa Tongo, Desa Emang Lestari, dan Desa Lebangkar. Persentase perbedaan antarempat dialek tersebut berkisar antara 65%--80%.

_____________________________

Penulis Oleh  : Alan Malingi.

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • 11 Bahasa Di Nusa Tenggara Barat

Terkini

Topik Populer

Iklan